Jumat, 09 Juli 2010

ASKEP KLIEN DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI

BAB II

LANDASAN TEORI

 

A.    Konsep Dasar Medis

Dalam Bab ini penulis akan mencantumkan konsep teori mengenai penyakit hipertensi. Dimana konsep teori ini akan memberikan gambaran mengenai Konsep Dasar Medis dan Konsep Dasar Keperawatan yang berhubungan dengan penyakit hipertensi ini.

 

1.      Definisi

Hipertensi merupakan penyebab utama gagal ginjal, gagal jantung dan stroke.(Brunner dan Suddarth, 2001).

Hipertensi merupakan penyebab utama penyakit jantung, cedera serebra vaskular dan gagal ginjal.(Carpenito, 1999).

Hipertensi adalah sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya > 140mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg.(Brunner and Suddarth, 2001).

 

2.      Anatomi Fisiologi

Jantung terletak dalam mediastinum di rongga dada, yaitu diantara kedua paru-paru. Perikardium yang meliputi jantung terdiri dari dua lapisan: Lapisan dalam (perikardium viseralis) dan lapisan luar (perikardium parietalis). Kedua lapisan perikardium ini dipisahkan oleh sedikit cairan pelumas, yang  berfungsi mengurangi gesekan pada gerakan memompa dari jantung itu sendiri. Perikardium peritalis melekat pada tulang dada disebelah depan dan pada kolumna vertevralis disebelah belakang, sedangkan kebawah pada diafragma. Perikardium viseralis langsung melekat pada permukaan jantung. Jantung sendiri terdiri dari tiga lapisan, lapisan terluar; epikardium, lapisan tengah/lapisan otot; miokardium, lapisan teralam/lapisan endotel; endokardium.

 

Ruangan jantung bagian atas atrium secara anatomi terpisah dari ruangan jantung sebelah bawah (ventrikel), oleh suatu anolus fibroses. Keempat katub jantung terletak dalam cincin ini. Secara fungsional jantung dibagi menjadi alat pompa kanan dan kiri, yang memompa darah vena menuju sirkulasi paru-paru dan darah bersih keperadaran darah sistemik. Pembagian fungsi ini mempermudah konseptualisasi dari urutan aliran darah secara anatomi: Vena kava, atrium kanan, ventrikel kanan, arteri pulmonalis, paru-paru, vena pulmonalis atrium kiri, ventrikel kiri, aorta arteri, arteriola, kapiler, venula, vena, vena kava.

Setiap siklus jantung terdiri dari urutan listrik dan mekanik yang sering terkait. Gelombang rangsang listrik tersebar dari nodus SA melalui sistem penghantar menuju miokardium untuk merangsang kontraksi otot. Rangsangan listrik ini disebut  dipolarisasi yang diikuti pemulihan listrik kembali yang disebut repolarisasi. Respon mekaniknya adalah sistolik yaitu kontrkasi otot dan diostolik yaitu relaksasi otot. Hubungan antara depolarisasi ventrikel dan kontraksi vebtrikel dan kontrkasi ventrikel.

Aktivitas listrik dari jantung merupakan akibat dari perubahan permeobilitas membran sel, yang memungkinkan pergerakan ion-ion melalui membran dan mengubah membran listrik relatif sepanjang membran.(Ibnu Masud, 1996)

 

3.      Etiologi

Tingginya tekanan yang lama tentu saja akan merusak pembuluh darah di seluruh tubuh, yang paling jelas pada mata, jantung, ginjal dan otot. Maka konsekuensi yang biasa pada hipertensi yang lama tidak terkontrol adalah gangguan penglihatan, okulasi kroner, gagal ginjal dan stroke. Selain itu jantung membesar karena dipaksa meningkatkan beban kerja saat memompa melawan tingginya tekanan darah.

Peningkatan tekanan perifer yang dikontrol pada tingkat anteriola adalah dasar penyebab tingginya tekanan darah. Penyebab tingginya tekanan tersebut belum belum banyak diketahui. Selain itu hipertensi juga dipengaruhi oleh tekanan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan rangsangan kopi yang berlebihan, tembakau dan obat-obatan yang merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi faktor keturunan. Penyakit ini lebih banyak menyerang wanita dari pada pria (Smeltzer dan Bare, 2001).

 

 

 

4.      Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medula diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jenis saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumnamediko spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuran preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pascaganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap nepiretrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi konteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokintriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubelus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tesebut cendrung mencetuskan keadaan hipertensi.(Smeltzer & Bare, 2001)


Merangsang sekresi aldosteron oleh kortek adrenal

Jaringan saraf simpatis

Patoflow Diagram

Reten Na dan air oleh tubulus ginjal

Peningkatan volume intra vaskular

Hipertensi

Jantung  

Peningkatan TD sistemik  

Meningkatnya retensi pemompaan darah

Hipertropi vebtrikel kiri  

Dilatasi dan payah jantung  

Resiko penurunan curah jantung

Arteroskloris koroner  

Ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen  

Intoleransi aktivitas  

Kelemahan fisik  

Pelepasan asetikolin  

Merangsang saraf pasca ganglion kepembuluh darah

Kontriksi pembuluh darah  

Kecemasan dan ketakutan  

Sulit istirahat/tidur  

Gangguan pola istirahat dan tidur  

Peningkatan aktivitas vasokontriksi

Efinetrin di sekresi oleh medula adreval

Vasokontriksi kelenjar adrenal mensekresi kortisol dan steroid

Peningkatan tekanan vaskular serebral  

Sakit kepala   

Gangguan rasa nyaman; nyeri

(Smeltzer & Bare 2001)  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



5.      Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat juga ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskes optikes).(Smeltzer & Bare, 2001)

Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sulit tidur,  mata berkunang-kunang dan pusing.(Kapita Selekta Kedokteran, 2000).  

 

6.      Pemeriksaan Diagnostik

Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting. Retina harus diperiksa dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengkaji kemungkinan adanya kerusakan organ, seperti ginjal atau jantung, yang dapat disebabkan tingginya tekanan darah. Hipertrofi ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektro koordiografi, protein dalam urin dapat dideteksi dengan urinalisa.

Dapat terjadi ketidakmampuan untuk mengkonsentrasikan urin dan peningkatan protein urea darah. Pemeriksaan khusus seperti renogram, pielogram inttravena, arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin dapat juga dilakukan untuk mengidentifikasi pasien dengan penyakit renovaskuler. Adanya faktor resiko lainnya juga harus dikaji dan dievaluasi.(Smeltzer dan Bare, 2001).

 

7.      Pentalaksanaan

Pengobatan ditunjukkan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal, mengobati payah jantung karena hipertensi, mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit kardiovaskular dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit kardiovaskular semaksimal mungkin.

Untuk menurunkan tekanan darah tinggi dapat ditinjau 3 faktor fisiologi yaitu, menurunkan cairan intravaskular dan Na darah dengan diuretik, menurunkan susunan  aktivitas saraf simpatis dan respon kardiovaskular terhadap rangsangan adrenergik dengan obat dan golongan antisimpatis dan menurunkan tahanan perifer dengan obat vasodilator.(Kapita Selekta Kedokteran, 2000).

 

8.      Komplikasi

a.       Stroke.

Dapat timbul akibat peredaran tekanan darah tinggi di otak. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang.

b.      Infark miokardium.

Apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.

c.       Gagal ginjal.

Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan akan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.

d.      Kerusakan otot.

Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan perifer dan mendorong cairan kedalam ruang intestinum di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.(Corwin,2000)

 

B.     Konsep Dasar Keperawatan

Asuhan keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri 5 tahap, yaitu: Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.(Nursalam, 2001 ).

1.      Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.(Nursalam, 2001)

Pengkajian pada klien hipertensi sebagai berikut:

a.       Aktivitas/istirahat

Gejala        : Kelemahan, keletihan, nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda        : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

b.      Sirkulasi

Gejala        :  Riwayat hipertensi, arteroklerosis, penyakit jantung koroner/katub dan penyakir serebrovaskuler.

Tanda        :  Kenaikan tekanan darah, frekuensi/irama: Takikardia, disritmia, murmur stenosis valvular.

c.       Integritas ego

Gejala        :  Ansietas, depresi, eutoria atau merah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral)

Tanda        : Gelisah, penyempitan kontinu perhatian, gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata).

d.      Eliminasi

Gejala        : Gangguan ginjal saat ini/yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).

e.       Makanan/cairan

Gejala        : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur); gula-gula yang berwarna hitam; kandungan tinggi kalori.

Tanda        : Berat badan normal/obesitas, adanya edema; kongseti vena, DVJ; glikoseria (hampir 10 % pasien hipertensi adalah diubetik).

f.       Neorosensori

Gejala        : Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala seboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam). Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur).

Tanda        : Status mental:  Perubahan keterjagaan, orientasi pola/isi bicara, afek proses pikir, atau memori (ingatan).

Respon motorik: Penurunan kekuatan genggaman tangan dan/reflek tendon dalam.

Perubahan-perubahan retina optik: Dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat dan hemoragi tergantung  pada berat/massa (trekromositomo).

g.      Nyeri/ketidaknyaman

Gejala        : Angino (penyakit arteri kroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada tangkai/klaedikasi, sakit kepala berat, nyeri abdomen/massa (trekromositomo).

h.      Pernafasan

Gejala        : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas kerja, takipnea, ortopnea, dispnea nokternal proksimal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.

Tanda        : Distres respirasi/penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas tambahan (krakles/mengi), sianosis.

i.        Keamanan

Gejala        : Gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unikotral transien. Hipotensi postured.

j.        Pembelajaran/penyuluhan

Gejala        : Faktor-faktor resiko keluarga: Hipertensi, arterosklerosis, penyakit jantung, diabetes melitus, penyakit serebrovaskular/ginjal, penggunaan pil KB (pada klien wanita) atau hormon lain, penggunaan obat/alkohol.(Doenges, 2000)

 

2.      Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari kelompok atau individu dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah.(Carpenito, 2000).

 

Untuk menentukan masalah keperawatan yang prioritas, penulis menggunakan teori berdasarkan tingkat kebutuhan menurut hirarki "Abraham Maslow" (1976) dan hirarki “Kalish(1983),yaitu:

a.       Hirarki “Abraham Maslow”

Aktualisasi diri

Harga diri

Mencintai dan dicintai

Rasa aman dan nyaman

Kebutuhan fisiologis: O2, H2O, elektrolit, nutrisi dan sex

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Keterangan:

1)      Kebutuhan fisiologis (Physiologycal need).

Contoh: Udara, air, elektrolit, sex dan lain-lain.

2)      Rasa aman dan nyaman (Satety need).

Contoh: Terhindar dari pneyakit, pencurian dan perlindungan hukum.

3)      Mencintai dan dincinta (love need).

Contoh: Mendambankan kasih sayang, diterima oleh kelompok.

4)      Harga diri (Estrem need).

Contoh: Dihargai, menghargai, toleransi dalam hidup berdampingan.

5)      Aktualisasi diri (Slef actualitation)

 

b.      Hirarki “Kalish”

Kalish (1983) lebih jauh menjelaskan kebutuhan Maslow dengan membagi kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk bertahan dan stimulasi. Kalish mengidentifikasi kebutuhan untuk mempertahankan hidup adalah: udara, air, temperatur, eliminasi, istirahat dan menghindari nyeri. Dikutip dari Iyer, et. aI, 1996 (Nursalam, 2001).

Adapun diagnosa keperawatan pada klien hipertensi menurut Doenges, (2000):

a.       Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.

b.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

c.       Koping individu inefektif berhubungan dengan krisis situasional/maturasional.

d.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan misinterprestasi informasi.

e.       Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload; vasokonstriksi.

 

 

3.      Perencanaan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasikan pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dihindari setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi. (Iyer, Taptich & Bernocchi-Losey, 1996, Nursalam, 2001).

 

Untuk menentukan prioritas perencanaan keperawatan berdasarkan tingkat kebutuhan menurut hirarki "Abraham Maslow", (1976) yaitu:

a.       Hirarki “Abraham Maslow”

 

Aktualisasi diri

Harga diri

Mencintai dan dicintai

Rasa aman dan nyaman

Kebutuhan fisiologis: O2, H2O, elektrolit, nutrisi dan sex

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Keterangan:

a.       Kebutuhan fisiologis (Physiologycal need).

Contoh: Udara, air, elektrolit, sex dan lain-lain.

b.      Rasa aman dan nyaman (Satety need).

Contoh: Terhindar dari pneyakit, pencurian dan perlindungan hukum.

c.       Mencintai dan dincinta (love need).

Contoh: Mendambankan kasih sayang, diterima oleh kelompok.

d.      Harga diri (Estrem need).

Contoh: Dihargai, menghargai, toleransi dalam hidup berdampingan.

e.       Aktualisasi diri (Slef actualitation)

Contoh: Ingin diakui, berhasil dan menonjol dari orang lain.

 

b.      Hirarki “Kalish”

Kalish (1983) lebih jauh menjelaskan kebutuhan Maslow dengan membagi kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk bertahan dan stimulasi. Kalish mengidentifikasi kebutuhan untuk mempertahankan hidup adalah: udara, air, temperatur, eliminasi, istirahat dan menghindari nyeri. Dikutip dari Iyer, et. aI, 1996 (Nursalam, 2001).

Setelah penyusunan prioritas diatas, langkah selanjutnya adalah penyusunan rencana tindakan menurut Doenges. M. E. et. al, (2000) dan Suddarth’s and Brunner (2002), berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan vesikolitiasis ini maka rencana keperawatan dapat dirumuskan sebagai berikut:

a.       Gangguan rasa nyaman; Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.

Tujuan:

Nyeri berkurang sampai hilang.

Kriteria hasil:

1).    Berpartisipasi dalam beraktivitas/tidur.

2).    Wajah klien rileks.

Intervensi:

1).    Berikan  tindakan  nonfarmakologi  untuk  menghilangkan sakit kepala.

2).    Kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.

3).    Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala.

Rasional:

Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan memperlambat/memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.

b.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

Tujuan:

Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.

Kriteria hasil:

1).    Peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.

2).    Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.

Intervensi:

1).    Kaji respon klien terhadap aktivitas.

2).    Instruksikan klien tentang tehnik penghematan energi.

3).    Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.

Rasional:

Tehnik menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

c.       Koping individu inefektif berhubungan dengan krisis situasional/maturasional.

Tujuan:

Mengidentifikasi perilaku koping efektif.

Kriteria hasil:

Menyakatan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi.

Intervensi:

1).    Bantu klien untuk mengidentifikasikan stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya.

2).    Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.

Rasional:

Keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping, dan dapat meningkatkan kerjasama dalam regimen terapeutik.

d.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan misinterprestasi informasi.

Tujuan:

Klien dan keluarga klien tentang penyakit yang diderita oleh klien.

Kriteria hasil:

1).    Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.

2).    Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.

3).    Mempertahankan TD dalam batas normal.

Intervensi:

1).    Nyatakan batas TD normal, jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.

2).    Awasi masalah dengan pasien untuk mengidentifikasikan cara di mana perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi faktor-faktor yang menyebabkan hipertensi.

Rasional:

Faktor-faktor resiko proses penyakit/memperburuk gejala. Dengan mengubah pola perilaku biasa/memperbanyak rasa aman dapat sangat menyusahkan.

e.       Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload; vasokonstriksi.

Tujuan:

Tidak terjadi adanya penurunan curah jantung.

Kriteria hasil:

1).    TD dalam batas normal.

2).    Irama dan frekuensi jantung stabil.

Intervensi:

1).    Pantau TD, gunakan ukuran manset yang tepat dan tehnik yang akurat.

2).    Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.

3).    Auskultasi tonus jantung bunyi nafas.

Rasional:

Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskular.

 

4.      Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap keempat dari proses keperawatan. Oleh karena itu pelaksanaannya dimulai setelah rencana tindakan dirumuskan dan mengacu kepada rencana tindakan.(Nursalam, 2001).

Menurut Nursalam (2001) ada beberapa faktor tahap dalam tindakan keperawatan, yaitu:

a.       Tahap persiapan, yang menuntut perawat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan.

b.      Tahap intervensi, adalah kegiatan pelaksanaan dari perencanaan yang meliputi kegiatan interdependen (kerjasama dengan tim kesehatan lain), independen (mandiri) dan dependen (pelaksanaan dari tindakan medis).  

c.       Tahap dokumentasi, adalah pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan. 

 

5.      Evaluasi

Evaluasi adalah salah satu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematis pada status kesehatan klien. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai kemampuan.(Nursalam, 2001).

Evaluasi terdiri atas dua jenis yaitu evaluasi formatif (evaluasi proses, evaluasi jangka pendek, atau evaluasi berjalan) dimana evaluasi dilakukan secepatnya setelah tindakan keperawatan dilakukan sampai tujuan tercapai. Sedangkan evaluasi sumatif ini disebut evaluasi hasil, evaluasi akhir, evaluasi jangka panjang. Evaluasi ini dilakukan pada akhir tindakan keperawatan paripurna dilakukan dan menjadi suatu metode dalm memonitor kualitas dan efisiensi tindakan yang diberikan. Evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”.(Nursalam, 2001).

 

6.      Perencanaan Pulang

Informasi yang dirancang untuk disampaikan atau dianjurkan melalui penyuluhan yang diberikan sewaktu klien atau keluarga klien ingin pulang. Menjelaskan kepada anggota keluarga tentang penyakit hipertensi dan menganjurkan klien untuk membatasi makanan yang mengandung garam.

Tujuan pemulangan:

a.       Curah jantung mencukupi untuk kebutuhan individual.

b.      Komplikasi tercegah/teratasi.

c.       Tingkat aktivitas optimum/fungsi tercapai kembali.

d.      Proses/prognosis penyakit serta regimen terapeutik dimengerti.(Doenges, 2000).

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar