Jumat, 09 Juli 2010

ASKEP KLIEN DENGAN OBSTRUKSI USUS

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
a. Obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang mencegah aliran normal melalui saluran pencernaan.
(Brunner and Suddarth,2001)
b. Obstruksi usus adalah gangguan isi usus di sepanjang saluran usus.
(Price dan Wilson,1994)
c. Obstruksi usus adalah keadaan dimana usus gagal/tidak mampu melakukan kontraksi peristaltic untuk menyalurkan isinya.
(http://harnawati.wordpress.com)

2. Anatomi dan fisiologi



a. Usus halus
Merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada sekum, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus, lapisan mukosa, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan lapisan serosa.
1) Duodenum
Disebut juga usus du belas jari panjangnya kira-kira 25 cm. bagian kanan duodenum terdapat selaput lender yang membukit disebut papilla vateri. Pada papilla vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koleidoktus) dan saluran pankreas (duktus pankreatikus).
2) Yeyenum dan ileum
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar 6 meter. Dua perliam bagian adalah yeyenum dengan panjang 2-3 meter, dan ileum dengan panjang 4-5 meter. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantara lipatan peritoniumyang berbentuk kipas yang dikenal dengan mensentrium. Ujung bawah ileum berhubungan dengan sekum dengan adanya perantara lubang yang bernama orifisium ileoseeikalis, orifisum ini diperkuat oleh spingter ileosekalis dan pada bagian ini terdapat katub vulvula seikalis atau vulvula baukini yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam kolon asenden masuk kembali ke ileum.
b. Usus besar
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5 meter, terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar ± 6,5 cm, tetapi makin dekat anus diameternya makin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon (asenden, transversum, desenden, sigmoid) dan rektum. Pada sekum terdapat katub ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum.

3. Etiologi
Adapun penyebab obstruksi usus, dibagi menjadi dua bagian berdasarkan jenis obstruksi yaitu:
a. Mekanis
Terjadi obstruksi intra mural atau obstruksi mural dari tekanan pada dinding usus. Contohnya kondisi ini dapat menyebabkan obstruksi mekanis adalah intususepsi, tomur dan neoplasma, stenosis, striktur, perlekatan, hernia, dan abses.
b. Fungsional
Muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya adalah distropi otot, dan penyakit Parkinson. Ini juga bersifat sementara sebagai akibat dari penanganan usus selama pembedahan.
(http://harnawati.wordpress.com)

4. Manifestasi klinis
Gejala awal biasanya berupa nyeri kram yang terasa seperti gelombang dan bersifat kolik. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus, tetapi bukan materi fekal dan tidak terjadi flatus. Terjadi muntah, ini adalah karakter yang sering muncul. Pada obstruksi komplit, gelombang peristaltik pada awalnya menjadi sangat keras dan akhirnya berbalik arah, dan isi usus terdorong kedepan mulut. Apabila obstruksi terjadi pada ileum, maka muntah fekal dapat terjadi. Pertama, klien memuntahkan isi lambung, isi duodenum dan yeyenum yang mengandung empedu dengan disertai nyeri parokisme dam akhirnya klien memuntahkan isi ileum yaitu suatu bahan yang mirip fekal yang berwarna lebih gelap. Tanda pasti adanya dehidrasi, klien mengalami haus terus menerus, mengantuk dan lidah serta membrane mukosa menjadi pecah-pecah dan abdomen menjadi distensi. Semakin kebawah obstruksi diarea gastrointestinal yang terjadi, semakin jelas adanya distensi abdomen. Apabila obstruksi berlanjut maka dapat mengakibatkan syok.
(http://harnawati.wordpress.com)
5. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah pada obstruksi paralitik peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten, dan akhirnya menghilang. Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan dalam lumen sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi, kehilangan cairan dan elektrolit. Dengan peningkatan distensi maka tekanan vena dan kapiler arteri peritonium akibatnya terjadi pelepasan baketri dan toksin dari usus yang nekrotik ke dalam peritonium dan sirkulasi sistemik atau karena proliferasi bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septikemia. Dengan adanya muntah, maka akan terjadi kehilangan ion hydrogen dan kalium, yang menghasilkan hipokalemia dan alkalosis metabolik. Kemudian terjadi dehidrasi dan berkembang menjadi asidosis metabolik yang disebabkan karena kehilangan air dan natrium.














Patoflow Diagram



















6. Pemeriksaan diagnostik
a. Obstruksi usus halus
Diagnosa didasarkan pad pemeriksaan diatas, serta pemeriksaan sinar X . Sinar X terhadap abdomen akan menunjukan kuantitas dari gas atau cairan dalam usus. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi.
b. Obstruksi usus besar
Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan simtomatologi dan sinar X. sinar X abdomen (datar dan tinggi) akan menunjukan distensi abdomen. Pemeriksaan barium dikontraindikasikan.
(Smeltzer & Bare, 2001).
7. Penatalaksanaan
Hal umum yang perlu mendapat perhatian adalah atasi dulu ABC (Airway, Breathing, Circulation) bila klien stabil, baru penataksanaan abdomen itu sendiri. Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah. Dekompresi usus lewat nasoenteral tube berhasil dalam banyak kasus. Memperbaiki peritonitis dan syok (bila ada), memperbaiki kelangsungan fungsi usus kembali normal. Obstruksi usus halus jauh lebih berbahaya dan lebih cepat berkembang dari pada obstruksi kolon karena proses penyakitnya lebih cepat berkembang dari pada obstruksi kolon karena proses penyakitnya lebih cepat. Ketika usus mengalami obstruksi menyeluruh, memungkinkan bagi strangulasi dapat dilakukan tindakan pembedahan/operasi.
(Price & Wilson,1994)

8. Komplikasi
Akibat dari obstruksi usus dapat terjadi:
a. Peritonitis, hal ini di karenakan akibat absorbs toksin dalam rongga peritoneum sehingga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen terutama pada obstruksi usus yang berlangsung cepat.
b. Perforasi, dikarenakan obstruksi yang terjadi sudah terlalu lama pada organ intra abdomen.
c. Sepsis, infeksi akibat peritonitis yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
d. Syok hipovolemik, hal ini terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
(http://harnawati.wordpress.com)
B. Konsep Dasar Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai pendekatan problem solving (pemecahan masalah) yang memerlukan ilmu, tehnik dan keterampilan, interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien atau keluarga dengan memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lima tahap proses keperawatan yaitu: pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
(Nursalam,2001).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan status kesehatan klien.
(Nursalam,2001).
Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dengan cara anamnesa yang diperoleh dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, serta mempelajari status klien. Adapun data pengkajian pencernaan ( Dx. Obstruksi usus) meliputi:
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tanggal lahir, nama orang tua, pekerjaan dan pendidikan.
b. Riwayat kesehatan yana lalu
Penyakit yang dahulu pernah diderita oleh klien, apakah ada hubungannya dengan penyakit yang sekarang. Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit seperti ini. Tanyakan apakah klien ada riwayat alergi terhadap obat ataupun makanan. Dan apakah klien pernah mendapatkan imunisasi, lengkap atau tidak
c. Riwayat kesehatan saat sakit
Tanyakan keluhan yang klien rasakan saat ini dan observasi adanya manifestasi disfungsi obstruksi usus, seperti:
1) Nyeri abdomen; terjadi karena peristaltik berusaha mengatasi obstruksi
2) Distensi abdomen; terjadi karena akumulasi gas dan cairan di atas daerah obstruksi
3) Muntah; sering kali ini menjadi tanda awal adanya obstruksi.
4) Konstipasi; terjadi karena adanya sumbatan atau obstruksi yang mengganggu proses defekasi, dan ini adalah tanda awaldari obstruksi bawah.
5) Dehidrasi; terjadi karena kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ke dalam usus.
6) Abdomen kaku atau seperti papan; karena adanya peningkatan distensi.
7) Bising usus secara bertahap bekurang dan berhenti.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah di dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti yang klien derita saat ini ( Obstruksi usus).
e. Riwayat kehamilan dan persalinan ibu
Kehamilan dengan gawat janin, diabetes melitus, malnutrisi, infeksi intra natal, persalinan dengan ada komplikasi.
f. Pengkaian fisik
1) Tanda-Tanda Vital
Kaji penurunan dan peningkatan tekanan darah, denyut nadi, nafas, dan suhu.
2) Keadan umum klien
Observasi keadaan klien, apakah ada kelamahan fisik, nyeri, demam, tanda-tanda dehidrasi, dan keadaan umum lainnya.
3) Sistem integument
Kaji turgor kulit, baik atau tidak. Karena dehidrasi berat dapat menyebabkan turgor kulit buruk.
4) Sistem pernafasan
Ada atau tidaknya gangguan respiratori
5) Sistem gastrointestinal
Nyeri atau kram abdomen, dehidrasi abdomen, peristaltic usus.
g. Pola fungsi kesehatan
Pola fungsi kesehatan dapat dikaji dengan pola gondon dimana pendekatan ini memungkinkan perawat untuk mengumplkan data secara sistematis, dengan cara mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus.
h. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Kaji persepsi keluarga terhadap kesehatan dan upaya-upaya keluarga untuk mempertahankan kesehatan termasuk juga penyakit anak saat inidan upaya yang diharapkan.
i. Pola nutrisi metabolik
Kaji pola nutrisi anak, jenis, frekuensi, dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam sehari. Klien mengalami gangguan nafsu makan, mual, muntah dan diare.
j. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAB dan BAK klien apakah teratur atau tidak, frekuensinya, dan bagaimana sifatnya. Observasi kemampuan BAB dan BAK klien.
k. Pola istirhat dan tidur
Kaji pola tidur klien, berapa lama dalam sehari, adakah gangguan tidur yang biasanya disebabkan oleh nyeri dan demam .
l. Pola peran hubungan
Kaji siapa yang mengasuh bayi, klien sering di gendong karena rewel, peran klien dalam keluarganya, apakah klien dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
m. Pola aktivitas dan latihan
Kaji tingkat perkembangan atau tumbuh kembang sesuai dengan usia, aktivitas klien sehari-hari di rumah, dan observasi tingkat kemampuan klien dlam beraktivitas.
n. Pola reproduksi
Dapat dilihat dari bagaimana orang tua memperlakukan anaknya sesuai dengan jenis kelaminnya (pakaian, alat permainan)
o. Pola keyakinan
Kaji pola keyakinan klien dan orang tua klien, tanyakan klien agama apa, sering ke Gereja atau tidak.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, ada beberapa diagnosa yang sering muncul pada klien dengan obstruksi usus, meliputi):
a. Nyeri berhubungan denga distensi abdomen.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif: mual, muntah, demam, dehidrasi
c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit dan dehidrasi.
d. Konstipasi berhubungan dengan dehidrasi, adanya massa yang menutupi saluran pencernaan.
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan sumber-sumber informasi, dan pemahaman terhadap sumber informasi
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia dimana perawatan dapat mengidentifikasikan masalah dengan respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit yang dihubungkan dengan penyebab suatu masalah atau penyakit (etiologi) dan kemampuan klien untuk mencegah dan menyelesaikan masalah kesehatan.
(Nursalam,2001)
Untuk menentukan diagnosa yang akan diambil, tindakan pertama kali ialah dengan menggunakan salah satu sistem hirarki “kebutuha manusia”.
(Nursalam,2001).

a. Hirarki Maslow
Maslow menjelaskan kebutuhan manusia dibagi dalam lima tahap: fisiologi, rasa aman dan nyaman, mencintai dan dicintai, harga diri, dan aktualisasi diri. Maslow mengatakan bahwa klien memerlukan suatu tahapan kebutuhan, jika klien menghendaki suatu tindakan yang memuaskan. Dengan kata lain kebutuhan fisiologis biasanya sebagai prioritas utama bagi klien dari pada kebutuhan lain.
(Nursalam,2001).












Hirarki Abraham Maslow
Keterangan:
1) Kebutuhan fisiologi O2, CO2, elektrolit, makanan, dan sex.
2) Kebutuhan keselamatan dan keamanan, terhindar dari penyakit, pencuri, dan perlindungan hukum.
3) Mencintai dan dicintai; kasih sayang, mencintai, dicintai, diterima kelompok.
4) Harga diri; dihargai dan menghargai (respek dan toleransi).
5) Aktualisasi diri; ingin diakui, berhasil, dan mengontrol.
(Smeltzer and Bare,2002)
b. Hirarki Kalish
Kalish 1983, lebih menjelaskan kebutuhan Maslow dengan membagi kebutuhan fisiologi menjadi kebutuhan untuk bertahan dan stimulasi. Kalish mengidentifikasikan kebutuhan untuk mempertahankan hidup: udara, air, temperature, eliminasi, istirahat, dan menghindari nyeri. Jika terjadi kekurangan kebutuhan tersebut, klien cenderung menggunakan prasarana untuk memuaskan kebutuhan tertentu. Hanya saja mereka akan mempertimbangan terlebih dahulu kebutuhan yang paling tinggi (prioritas), misalnya keamanan dan harga diri.
(Nursalam,2001)

3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan meliputi pengembangan strategis desain untuk mencegah, mengurangi, atau mengoreksi maslah-masalah keperawatan yang diidentifikasikan pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan mengumpulkan rencana keperawatan. (Nursalam,2001)
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan Obstruksi usus maka rencana keperawatan yang dapat dirumuskan adalah:
a. Nyeri berhubungan denga distensi abdomen.
NOC:
Perasaan senang secara fisik dan psikologi
Kriteria Hasil:
• Nyeri berkurang sampai dengan hilang
• Skala nyeri = 0
• Klien rileks
Intervensi:
1. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas, keparahan nyeri
2. Observasi isyarat ketidaknyamanan nonverbal, khususnya yang tidak mampu mengkomunikasikannya secara efektif.
3. Berikan dan ajarkan klien tindakan pengendali nyeri, relaksasi, distraksi, terapi bermain, kompres hangat / dingin, dan masase.
4. Jelaskan pada klien tentang penyebab nyeri.
5. Jelaskan pada klien untuk melapor pada perawat jika terjadi nyeri hebat.
6. Berikan analgesik untuk penanganan nyeri.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif:mual, muntah, demam, dehidrasi
NOC:
Kekurangan volume cairan dapat teratasi dan keseimbangan elektrolit dan asam basa dapat tercapai.
Kriteria Hasil:
• TTV dalam batas normal
• Serum dan pH urine dalam batas normal
• Kadar elektrolit serum dalam batas normal
• Keseimbangan urine output
Intervensi
1. Monitor vital sign secara teratur
2. Kaji riwayat/ intensitas mul, muntah dan berkemih berlebihan
3. Observasi output
4. Timbang berat badan
5. Tinjau ulang kadar elektrolit dan lapokan bila ada abnormalaitas elektrolit
6. Pantau pemberian cairan dan obat IV
c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit dan dehidrasi.
NOC:
Keseimbangan diantara produksi panas, peningkatan panas, dan kehilangan panas.
Kriteria hasil:
• Suhu tubuh dalam batas normal
• TTV dalam batas normal
• Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermia
Intervensi:
1. Pantau TTV
2. Pantau suhu sesuai kebutuhan (minimal 2 jam sekali)
3. Lepaskan pakaian yang berlebihan
4. Lakukan kompres pada axial, kening, leher, dan lipat paha.
5. Ajarkan pasien dan keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini hipertermia
6. Berikan obat antipiretik sesuai dengan kebutuhan.
d. Konstipasi berhubungan dengan dehidrasi, adanya massa yang menutupi saluran pencernaan.
NOC:
Kemampuan saluran gastrointestinal untuk membentuk dan mengeluarkan feses secara efektif.
Kriteria hasil:
• Pola eliminasi dalam rentang yang di harapkan
• Mengeluarkan feses tanpa bantuan
• Melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan.
Intervensi:
1. Kaji aktivitas dan pola defekasi klien
2. Kaji dan dokumentasikan ada tidaknya bising usus dan distensi abdomen.
3. Beritahu klien dan keluarga untuk banyak mengkonsumsi air dan makanan berserat.
4. Berikan laksatif untuk membantu proses defekasi
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
NOC
• Perasaan fisik dan fisiologis yang nyaman.
• Pola tidur teratur untuk pemulihan fisik dan mental.
Kriteria Hasil:
• Jumlah jam tidur cukup
• Tidak ada masalah dengan pola, kualitas, dan rutinitas tidur
• Menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologis
Intervensi:
1. Pantau pola tidur pasien
2. Pantau dan catat hubungan faktor-faktor fisik (nyeri) yang dapat mengganggu pola tidur pasien.
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin menyebabkan kurang tidur
4. Bantu klien mengatasi penyebab terganggunya pola tidur (nyeri, dengan relaksasi, distraksi, atau pemberian analgesik)
5. Berikan obat tidur yang tidak mengandung supresor fase tidur REM
f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
NOC
Keadekuatan zat gizi yang dikonsumsi oleh tubuh untuk keperluan metabolik
Kriteria Hasil:
• Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
• Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Intervensi:
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kaji jenis makanan yang disukai
3. Pantau berat badan pasien
4. Tentukan program diet dan pola makan pasien
5. Monitor kadar elektrolit
6. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
7. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya
8. Libatkan keluarga dalam perencanaan sesuai indikasi
9. Berikan multivitamin
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan sumber-sumber informasi, dan pemahaman terhadap sumber informasi
NOC
Tingkat pemahaman pada apa yang disampaikan
Kriteria Hasil:
• Klien dan keluarga tahu tentang penyakit yang klien derita dan penyebabnya
• Klien dapat melakukan pencegahan agar tidak terjadi penyakit berulang.
Intervensi:
1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit klien
2. Berikan penjelasan tentang proses penyakit
3. Berikan informasi kepada keluarga klien tentang bagaimana pencegahannya
4. Tanyakan dan dengarkan apa yang disampaikan keluarga tentang informasi yang di dapatnya sehubungan dengan penyakit klien.

4. Pelaksanaan
Penatalaksanaan atau implementasi merupakan aplikasi dari perencanaan keperawatan oleh perawat dank lien. Hal-hal yang harus kita perhatikan ketika akan melakukan implementasi adalah intervensi yang dilakukan sesuai dengan rencana. Setelah itu lakukan validasi, pengasahan keterampilan interpersonal, intelektual, dan psikologi individu. Terakhir melakukan pendokumentasian keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
(Nursalam,2001)
5. Evaluasi
Evaluasi terdiri dari dua jenis, yaitu: evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif disebut juga sebagai evaluasi proses, evaluasi jangka pendek atau evaluasi berjalan, dimana evaluasi dilakukan sampai tujuan tercapai. Sedangkan evaluasi sumatif bisa disebut juga evaluasi hasil, evaluasi akhir, evaluasi jangka panjang. Evaluasi ini dilakukan pada akhir tindakan keperawatan paripurna dan menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas dan efisiensi tindakan yang diberikan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format SOAP.
(Nursalam,2001)
Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan umpan balik rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya.

6. Perencanaan Pulang
Pada klien dengan Obstruksi Usus perlu adanya penyuluhan terhadap faktor-faktor penyebab yang perlu dihindari yaitu makanan yang pedas-pedas, emosi tinggi, stres, penggunaan obat yang sembarangan. Untuk menghindari komplikasi lebih berat hendaknya klien segera untuk periksa ke petugas kesehatan atau rumah sakit bila mendapat nyeri di epigastrium. Rasa panas di bagian perut rasa terbakar, mual dan muntah. Karena gejala ini merupakan gejala yang khas pada klien dengan Obstruksi Usus.
Untuk mempertahankan keselamatan setelah pulang dari rumah sakit hendaknya klien tetap beristirahat dan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin. Kontrol ulang secara teratur dan segera datang ke rumah sakit atau instansi kesehatan terdekat jika tanda-tanda kembali kambuh.
(Doenges, 1999, hal 310)
Beberapa informasi penyuluhan pendidikan yang harus diberikan kepada pasien ini adalah:
a. Harus cukup banyak istirahat untuk mencapai pemulihan dan kesembuhan pasca operasi.
b. Beritahu klien dan keluarga tentang komplikasi dan gejala-gejala yang memperbesarkan penyakitnya dan jika itu terjadi hubungi bagian kesehatan.
c. Diet banyak minum air putih.
d. Penjelasan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan selama dirumah/ perawatan mandiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar