NURSING
Sabtu, 10 Juli 2010
ASKEP KLIEN DENGAN PNEUMONIA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis akan menguraikan anatomi fisiologi, pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, tes diagnostik, penatalaksanaan dan komplikasi pneumonia. Untuk lebih jelas dan mudah dipahami akan dibahas satu persatu seperti di bawah ini.
A.
Konsep Dasar Penyakit
1.
Anatomi dan fisiologi
a.
Anatomi saluran pernafasan
Saluran penghantar hingga mencapai paru-paru adalah hidung, farings, larings, trakea, bronkus dan bronkiolus. Struktur ini menyalurkan udara yang diinspirasi menuju ke alveolis pada paru-paru untuk dibuang ke atmosfer. (Drs. Syaifudin B.Ac 1992)
1)
Hidung
Ketika udara masuk ke dalam rongga hidung, udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan. (Sylvia A. Price dan Lorraine M Wilson 1994)
2)
Farings
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. (Drs. Syarifudin B. Ac 1992)
3)
Larings
Merupakan saluran udara sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebralis fikalis dan masuk kedalam trakea di bawahnya. (Syarifudin B. Ac 1992)
4)
Trakea
Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inchi.
(Sylvia A. Price dan Lorraine M Wilson 1994)
5)
Bronkus
Lanjutan dari trakea, bronkus kanan lebih pendek dan besar dibandingkan kiri, terdiri dari 6-8 cincin mempunyai 3 cabang, bronkus kiri lebih panjang dan ramping terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.
(Sylvia A. Price dan Lorraine M Wilson 1994)
6)
Bronkiolus
Lanjutan dari bronkus yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli. (Sylvia A. Price dan Lorraine M Wilson 1994)
7)
Alveoli
Area respirasi yaitu pada alveoli yang merupakan unit fungsional di mana pada area ini terjadi pertukaran gas. (Sylvia A. Price dan Lorraine M Wilson 1994)
2.
Pengertian
a.
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkin paru. (Mansjaoer, Arief 2000)
b.
Pneumonia adalah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan. (http://ekanurmawaty.blogspot.com)
c.
Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. (Price & Wilson 1995)
3.
Etiologi
Etiologi atau penyebab dari penyakit Pneumonia adalah:
a.
Bakteri
1)
Pneumokokus
2)
Streptokokus
b.
Virus
c.
Aspirasi
d.
Jamur
(
Suddart and Brunner,
2001)
4.
Patofisiologi
Pneumonia adalah istilah yang menggambarkan keadaan peradangan akut di parenkim paru-paru yang masuk melalui udara dan alveoli. Kerusakan paru-paru berbeda derajatnya tergantung dari tingkatan tipe organisme dan beratnya infeksi. Pneumonia menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi. Suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat yang menggangu gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi kedalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa dan bronkospasme, menyebabkan oklusi parsial bronki atau alveolair.
Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar kesisi kiri jantung. Pencampuran darah yang teroksigenasi dan tidak terorganisasi. Ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial
Patoflowdiagram
(
Suddart and Brunner
,2002)
5.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang ditemukan pada klien pneumonia adalah:
a.
Seringkali didahului infeksi traktus respiratorus bagian atas.
b.
Penyakit ini umumnya timbul mendadak, suhu naik sampai 39
0
C
– 40
0
C disertai menggigil.
c.
Nafas menjadi sesak dan cepat.
d.
Batuk-batuk yang mula-mula non produktif tetapi kemudian menjadi produktif.
e.
Nafas berbunyi pada anak-anak jelas tampak pernafasan cuping hidung. Bila mengenai pleura, timbul nyeri dada yang tajam. (Mansjoer Arif, edisi ketiga 2000)
6.
Tes diagnostik
a.
Sinar X mengidentifikasi distribusi struktural misalnya lobar, bronkial dapat juga menyatakan abses luas, emfisema.
b.
GDA/nadi oksimetri tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada gas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
c.
Pemeriksaan kultur darah dan sputum, kultur sputum dapat tidaknya mengidentifikasi semua organisme yang ada sedangkan kultur darah dapat menunjukkan bakterimia sementara.
d.
JDL: Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah, terjadi pada infeksi virus.
e.
Pemeriksaan serologi: Membantu membedakan diagnosis organisme khusus.
f.
Elektrolit: Natrium dan Klorida mungkin rendah.
g.
Bilirubin: Mungkin meningkat.
h.
Pemeriksaan fungsi paru; volume mungkin menurun, tekanan jalan nafas mungkin meningkat. (Doenges, 2000)
7.
Penatalaksanaan
a.
Oksigen 1-2 liter/menit
b.
IVFD dekstrose 10 %: Nacl 0,9 %: 3:1 + Kcl 10 ml cairan jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi.
c.
Jika sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
d.
Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan saline normal dan beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier.
e.
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. (Mansjoer Arif edisi ketiga 2000)
8.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
a.
Efusi pleura terjadi di mana cairan terkumpul dalam rongga pleural
b.
Atelektasis terjadi akibat obstruksi bronkus oleh penumpukan sekresi.
c.
Delirium terjadi mungkin disebabkan hipoksia, atau sindroma putus alkohol.
d.
Superinfeksi dapat terjadi dengan pemberian dosis antibiotik yang sangat besar, seperti Penisislin. (Suddart and Brunner 2001)
B.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah di mana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan. Hal ini disebutkan sebagai suatu pendekatan
problem solving
yang memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien baik sebagai individu, keluarga maupun masyarakat (Nursalam 2001), Iyer et all (1996) mengemukakan dalam proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1.
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001)
a.
Biodata klien meliputi: Nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, anak keberapa, agama/suku, pendidikan, alamat, dan penanggung jawab serta hubungan dengan klien.
b.
Riwayat kesehatan
1)
Riwayat kesehatan sekarang: Kaji keluhan klien, kapan mulai tanda dan gejala, faktor yang mempengaruhi, apakah berhubungan dengan stres atau keluhan fisik, apakah ada upaya-upaya yang dilakukan.
2)
Riwayat kesehatan masa lalu: Berupa penyakit dahulu yang pernah diderita, dan hubungannya dengan keluhan sekarang.
3)
Riwayat alergi: Apakah ada reaksi alergi terhadap suatu zat-zat terutama seperti obat atau makanan.
c.
Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
d.
Struktur keluarga/genogram
e.
Pengkajian fisik dan pola kesehatan
1)
Aktifitas atau istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia.
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktifitas
2)
Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya gejala kronis takikardi.
Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat. (Nursalam,2001)
3)
Integritas ego
Gejala : Banyaknya stressor, masalah finansial.
4)
Makanan atau cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.
Tanda
: Distensi abdomen, h
iperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk.
5)
Neuro sensorik
Gejala : Sakit kepala daerah Frontal (influenza).
Tanda : Perubahan mental ( bingung, samnolen).
6)
Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, n
yeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk
Tanda : Melindungi area yang sakit
7)
Pernapasan
Gejala : Takipnea, Dispnea progresif, pernapasan dangkal
Tanda : Sputum : Merah muda, berkarat atau purulen.
Perkusi : Pekak diatas area yang konsolidasi.
Fremitus : Taktil dan vocal bertahap meningkat
Bunyi napas : menurun atau tidak ada diatas area
yang terlibat
Warna : pucat atau sianosis bibir/kuku.
(Iyer et all,1996)
8)
Keamanan
Gejala : Riwayat gangguan sistem imun, misalnya AIDS, demam (misal, 38,5-39,6
0
C).
Tanda : Berkeringat, menggigil berulang, gemetar. ( Doenges, 1999. hal.164).
2.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia dan individu atau kelompok di mana perawatan secara akuntabilitas dapat mengidentifikasikan dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, membatasi, mencegah dan merubah. (Carpenito, 2000)
Menurut Doenges, 1999 diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah sebagai berikut:
a.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
b.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik.
c.
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru.
d.
Gangguan pola istirahat tidur yang berhubungan dengan batuk berlebihan.
e.
Kurang pengetahuan tentang masalah penyakit, pengobatan dan perawatan berhubungan dengan kurang informasi.
Memprioritaskan diagnosa keperawatan penulis menggunakan hirarki Maslow dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia
”Hirarki Maslow”
Aktualisasi
Diri
Harga diri
Mencintai dan dicintai
Rasa aman dan nyaman
Kebutuhan fisiologis ( O
2
, H
2
O, elektrolit, makanan, sex )
Keterangan
1)
O2, CO2,elektrolit,makanan dan seks.
2)
Terhindar dari penyakit, pencurian dan perlindungan hukum.
3)
Kasih sayang, mencintai dan dicintai, diterima kelompok.
4)
Dihargai, menghargai (respek toleransi).
5)
Ingin diakui, berhasil dan menonjol.
Hirarki Kalish (1983) menjelaskan kebutuhan Maslow lebih mendalam dengan membagi kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk bertahan hidup dan stimulasi (Nursalam 2001 hal 52). Setelah penyusunan prioritas perencanaan diatas maka langkah selanjutnya adalah penyusunan rencana tindakan.
3.
Perencanaan keperawatan
Perencanaan adalah langkah ketiga dalam proses keperawatan (Doenges,2000).
Berikut ini akan disajikan rencana keperawatan berdasarkan masing-masing diagnosa.
a.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
Tujuan: Pola pernafasan efektif
Kriteria hasil: Menunjukkan jalan napas paten dengan napas bersih, tidak ada dispnea, sianosis.
Intervensi:
1)
Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Rasional: Takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada. (Doenges 1999 hal 166)
2)
Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tidak ada aliran udara dan bunyi nafas adventisius
Rasional: Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi. (Doenges 1999 hal 167)
3)
Pengisapan sesuai indikasi
Rasional: Merangsang batuk atau bersihan jalan nafas secara mekanik pada klien yang tidak dapat melakukannya. (Doenges 1999 hal 167)
4)
Kolaborasi untuk memberikan obat sesuai indikasi, mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesik.
Rasional: Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret. Analgesik diberikan untuk menurunkan ketidaknyamanan. (Doenges 1999 hal 167)
b.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil: Berat badan meningkat
Intervensi:
1)
Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya sputum banyak, pengobatan aerosol, nyeri.
Rasional: Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah. (Doenges 1999 hal 172)
2)
Auskultasi bunyi usus, observasi/palpasi distensi abdomen.
Rasional
: Bunyi usus mungkin menurun atau tidak ada bila proses infeksi berat atau memanjang. (Doenges 1999 hal 172)
3)
Berikan makanan porsi kecil tapi sering termasuk makanan kering atau makan yang menarik untuk klien.
Rasional: Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali. (Doenges 1999 hal 172)
4)
Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar
Rasional: Adanya kondisi kronis atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi. (Doenges 1999 hal 172)
c.
Nyeri akut pada inflamasi parenkim paru berhubungan dengan batuk yang berlebihan.
Tujuan: Nyeri berkurang sampai hilang
Kriteria hasil: Klien tenang, tidak rewel selama dirawat di rumah sakit, sebelum pulang batuk berkurang sampai hilang.
Intrervensi:
1)
Tentukan karakteristik nyeri misalnya: tajam, konstan.
Rasional: Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis. (Doenges 1999 hal 171)
2)
Pantau tanda vital
Rasional: Perubahan frekuensi jantung atau tekanan darah menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri. (Doenges 1999 hal 171)
3)
Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk
Rasional: Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk. (Doenges 1999 hal 171)
4)
Kolaborasi untuk memberikan analgesik dan anti tusif sesuai indikasi
Rasional: Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/paroksimal, meningkatkan kenyamanan. (Doenges 1999 hal 171)
d.
Gangguan pola istirahat tidur yang berhubungan dengan batuk yang berlebihan
Tujuan: Klien dapat istirahat tidur ± 7 jam pada malam hari.
Kriteria hasil: Selama dirumah sakit klien tenang
Intervensi:
1)
Evaluasi respon klien terhadap aktifitas, catat laporan dispnea, perubahan tanda vital selama dan sesudah aktifitas.
Rasional: Menetapkan kemampuan atau kebutuhan klien selama dan sesudah aktifitas. (Doenges 1999 hal 170)
2)
Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi
Rasional: Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat. (Doenges 1999 hal 170)
3)
Bantu klien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan tidur
Rasional: Klien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur dikursi, atau menunduk kedepan meja atau bantal. (Doenges 1999, hal 170)
e.
Kurang pengetahuan orang tua tentang masalah penyakit, pengobatan dan perawatan klien berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan: Orang tua klien dapat mengerti dan memahami tentang masalah penyakit anaknya.
Kriteria hasil: Orang tua klien mengatakan mengerti penyakit yang dialami oleh klien
Intervensi:
1)
Diskusikan aspek ketidakmampuan, lamanya penyembuhan dan harapan kesembuahan.
Rasional: Informasi dapat meningkatkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan. (Doenges 1999 hal 173)
2)
Informasi dan bentuk tertulis dan verbal
Rasional: Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan mengasimilasi informasi atau mengikuti program medik. (Doenges 1999 hal 173)
3)
Tekankan perlunya melanjutkan terapi antibiotik selama periode yang dianjurkan
Rasional: Penghentian dini antibiotik dapat mengakibatkan iritasi mukosa bronkus, dan menghambat makrofag alveolar. (Doenges 1999 hal 173)
4.
Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. (Nursalam 2001)
Tahap ini merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan oleh karena itu pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan dirumuskan sesuai skala urgent dan non urgent.
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga yang harus dilalui yaitu: persiapan, perencanaan dan pendokumentasian. (Nursalam 2001)
a.
Fase persiapan meliputi
1)
Review antisipasi tindakan keperawatan
2)
Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3)
Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul
4)
Persiapan alat
5)
Persiapan lingkungan yang kondusif
6)
Mengidentifikasi aspek hukum dan etik
b.
Fase implementasi
1)
Independen
2)
Interdependen
3)
Dependen
c.
Fase dokumentasi
Merupakan suatu catatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia, perawat dapat berperan sebagai pelaksana keperawatan, memberi support, pendidikan, advokasi dan pencatatan.
5.
Evaluasi
Evaluasi terdiri dari dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
a.
Evaluasi formatif, disebut juga evaluasi proses, evaluasi jangka pendek, atau evaluasi berjalan di mana evaluasi dilakukan secepatnya. Setelah tindakan keperawatan dilakukan sampai tujuan tercapai.
b.
Evaluasi sumatif adalah evaluasi hasil, jangka panjang. Dilakukan diakhir keperawatan. Lazimnya menggunakan format “SOAP”. (Nursalam, 2001).
Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan umpan balik rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu Asuhan Keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya.
Ada empat kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi, yaitu; masalah teratasi seluruhnya, masalah teratasi sebagian, masalah tidak teratasi, dan timbulnya masalah baru.
Adapun tujuan evaluasi yang diharapkan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia adalah. (Doenges, 2000) :
a.
Bersihan jalan nafas efektif teratasi
b.
Gangguan pemenuhan mutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terpenuhi
c.
Nyeri akut teratasi
d.
Gangguan pola istirahat tidur teratasi
e.
Kurang pengetahuan terpenuhi
6.
Perencanaan pulang
a.
Dorong klien latihan pernapasan untuk membersihkan paru-paru dan meningkatkan ekspansi penuh paru.
b.
Anjurkan klien untuk menghindari faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit pneumonia seperti: merokok, menghirup udara toksik atau zat kimia
c.
Dorong klien minum obat secara teratur dan cek ulang secara teratur. (
Suddart and Brunner
,2001)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar